Semasa usia esde (sekolah dasar), satu kesan yang membuatku sangat bahagia adalah ketika inong mengajakku ikut berbelanja ke onan (pasar). Pada saat itu onan satu-satunya yang terdekat ke kampung kami adalah onan Siborong-borong. Biasanya onan ini hanya beroperasi sekali seminggu yaitu pada hari Selasa saja.
Setelah pulang sekolah
sekitar jam 11, inong langsung menyuruhku mengganti seragam sekolah dan
bersiap-siap mau berangkat ke onan. Setelah makan siang sebentar, kami
berangkat dengan berjalan kaki menelusuri jalan kampung sekitar dua kilometer
hingga tiba di simpang jalan raya. Aku bersama inong dan beberapa emak-emak
menunggu dengan sabar angkutan yang akan membawa kami ke onan Siborong-borong.
Akhirnya setelah
beberapa menit menunggu, angkutan yang datang dari arah Doloksanggul merapat ke
tepi jalan raya, dan kami pun bergiliran untuk naik. Jika penumpang tidak
banyak, biasanya aku dapat tempat duduk gratis alias tidak memberikan ongkos
karena masih usia anak sekolah. Tetapi situasi yang berbeda ketika pulang dari
onan dimana penumpang selalu penuh sehingga aku pun dipangku oleh inong.
Setibanya di onan,
terlebih dahulu inong menjumpai beberapa
orang toke kopi menanyakan harga kopi yang kami bawa. Biasanya selalu ada beberapa
liter kopi hasil panen dalam seminggu itu. Lumayan hasil penjualannya untuk
tambahan membeli kebutuhan dapur.
Setelah kopi yang
sedikit itu terjual, barulah inong mulai membelikan belanja kebutuhan dapur
seperti bumbu dapur, sayuran, ikan laut, ikan asing, perlengkapan mandi dan
kebutuhan lainnya. Aku pun berjalan dibelakang inong sambil membantu membawa
belanjaan. Semua belanjaan dikumpulkan dalam keranjang dan goni pelastik, lalu
dititipkan ke tempat saudara yang marrengge-rengge di sana. Lalu aku diajak
inong untuk membeli kebutuhanku seperti sepatu atau baju.
Aktifitas terakhir yang
kami lakukan di onan adalah makan mie di tempat jualan mie langganan inong.
Disana tersedia beberapa menu seperti mie gomak, mie sop, mie pecal dan gorengan.
Mengingat moment itu jadi ingin pergi ke sana makan mie gomak dan mie sop khas
Siborong-borong yang yumiii dan lezat.
Tidak terasa waktu
begitu cepat berlalu. Ntah jam berapa tidak tahu karena saat itu masih jarang
orang memakai jam dan belum ada handphone seperti sekarang ini. Yang jelas hari
sudah sore dan kami pun beranjak pulang menuju tempat angkutan ngetem di dalam
lokasi terminal Siborong-borong.
Dalam perjalanan menuju
pulang, terkadang aku tertidur didalam angkutan sambil dipangku inong. Pasti
terasa lelah memang, dari pagi tidak ada waktu istirahat untuk tidur. Tanpa
terasa sekitar tiga puluh menit perjalanan kami sudah tiba di persimpangan
jalan yang menuju kampung.
Sembari berjalan menuju
kampung, inong menjunjung keranjang yang sudah penuh dengan belanjaan dan aku
pun membantunya menenteng belanjaan yang agak ringan. Kalau among (bapak) tidak
ada pekerjaan, biasanya dia akan datang menjemput sampai ke simpang atau
bertemu ketika kami sudah dalam perjalanan menuju ke rumah. Begitu sampai
dirumah semua belanjaan dibereskan. Nasi, ikan, sayur dimasak. Saat jam makan
malam, kami selalu usahakan makan malam bersama semua anggota keluarga.
Terasa juga capek dan
lelahnya berbelanja menemani inong. Namun aku merasa senang dan bahagia. Hingga
aku pun sudah berkeluarga, ketika pas moment hari onan kami liburan di kampung,
aku usakahan selalu ikut inong berbelanja, setidaknya membantunya membawa
belanjaannya.
Aku sendiri telah
merasakan bagaimana capeknya berbelanja di onan. Berjalan berkeliling-keliling
sambil membawa tentengan yang lumayan berat. Jika aku sendirian belanja,
membawa belajaan hampir sekitar lima kilo pun, tangan dan bahu sudah mulai terasa
pegal.
Namun ada satu kebiasaan
inong yang selalu kuingat ketika aku berbelanja di pasar. Biasanya inong akan
lebih memilih membeli sayuran atau kebutuhan dapur yang penjualnya adalah
opung-opung atau yang sudah lanjut usia. Ntah kenapa, aku tidak pernah
menanyakan itu kepadanya. Yang pasti kebiasaan itu juga telah kuterapkan ketika
aku berbelanja ke onan.
Setiap kali berbelanja
seperti sayuran dan kebutuhan dapur, aku usahakan terlebih dahulu melihat
penjualnya, apakah masih muda atau sudah opung-opung. Jadi aku lebih memilih
penjualnya yang sudah agak tua atau sudah lanjut usia. Senang rasanya bisa
membantu mereka. Mauliate da.. mauliate da..., kata itu sering aku dengar
ketika aku beli jualan mereka. Melihat senyum di wajah mereka, hatiku merasa
bahagia.
Dengan hal kecil pun
kita bisa membuat orang lain bahagia loh...lakukanlah..sebab tidak selalu ada
kesempatan untuk membantu orang lain!!!
Salam_semangat
Silangkitang_Tarutung
Minggu, 5 Desember 2021
Iya juga ya Bu...padahal klo aku kadang lihat mana yg lebih segar dan lebih murah.tapi jadi terinspirasi juga aku seperti itu ❤️
BalasHapusHeheee...
HapusIya Bu. begitulah sedikit kisah.