Beberapa hari ini saya diingatkan
tentang pengertian belajar, ketika saya mengikuti webinar yang diselenggarakan
oleh Prodi Manajemen Pendidikan Kristen IAKN Tarutung yang bertema ‘Belajar dan
Berinovasi dimasa Pandemi Covid-19’. Walaupun sebenarnya, kegiatan webinar ini
adalah salah satu aktualisasi dari mata kuliah yang saya ampu. Mahasiswa saya
tugaskan untuk merencanakan dan melaksanakan satu kegiatan diklat sederhana. Jadilah
kegiatan ini terlaksana dengan sukses yang hanya dipanitiai oleh tiga orang
mahasiswa. Saya sangat senang dan sangat bangga dengan kinerja mereka walaupun
ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Belajar adalah proses perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu
dalam jangka waktu tertentu. Perubahan perilaku dapat terjadi di masa mendatang
sebagai akibat dari proses belajar tersebut. Faktor penting yang berperan dalam
perubahan adalah pengalaman. Demikian pengertian belajar yang dipaparkan oleh
narasumber Miss. Nanda.
Jadi ketika mahasiswa saya
merencanakan dan melaksanakan kegiatan webinar tersebut, itu adalah salah satu
proses belajar, dari yang tidak mampu menjadi mampu. Saya yakin dengan pengalaman
yang telah mereka peroleh, ketika akan merencanakan satu kegiatan webinar di
waktu mendatang mereka akan melakukannya dengan lebih baik.
Pemikiran ini yang saya coba pahami
dengan kehidupan masa lalu bersama dengan inong. Saya akhirnya menyadari bahwa
apapun yang terjadi di kehidupan masa lampau adalah sebagai proses belajar
yaitu dengan adanya pengalaman. Jadi tidak ada yang perlu disesali dengan masa
kecil yang mungkin kurang memuaskan atau kurang menggembirakan. Semuanya saya
syukuri sebagai proses membentuk karakter dan perilaku saya.
Mengapa judul yang saya buat
belajar saat libur sekolah? Ya, memang ketika masa usia kecil saya dan
saudara-saudaraku tidak pernah berhenti belajar. Belajar di sekolah dan belajar
juga saat hari libur. Belajar di sekolah tentu sangat berbeda dengan belajar
ketika libur. Kami mengikuti pembelajaran disekolah bersama dengan bapak ibu
guru, sedangkan saat libur kami mengikuti pembelajaran di kebun/ ladang bersama
dengan inong dan among.
Di ladang kami belajar banyak hal
tentang bagaimana cara memetik kopi, bagaimana cara membersihkan rumput-rumput
dengan cangkul, bagaimana cara memupuk tanaman kopi, bagaimana cara menanam
kacang, dan lain sebagainya. Aktifitas ini secara berulang kami lakukan dari
hari ke sehari sampai masa liburan habis.
Selain aktifitas itu, kami juga
diajarkan setiap pagi harus bangun pagi-pagi, memasak menyiapkan serapan dan
bekal untuk dibawa ke ladang. Setelah serapan pagi, kami akan berangkat ke
ladang dengan berjalan kaki kurang lebih 45 menit hingga 1 jam perjalanan. Sepanjang
hari kami menghabiskan waktu mengerjakan banyak hal di ladang.
Ketika hari sudah sore menjelang
pukul lima kami bersiap-siap pulang dengan membawa beberapa barang bawaan
seperti hasil panen kopi, ubi, sayuran, jipang, terong belanda, nangka, dan kayu
bakar. Aku dan saudara-saudaraku akan berbagi bawaan ini. Sebagian juga akan dibawa
oleh among menggunakan kereta (sepeda motor). Meskipun seharian sudah bekerja
di ladang, kami masih bersemangat berjalan kaki menelusuri jalan pulang ke
rumah sekitar 45 menit perjalanan.
Begitu tiba di rumah, kami akan
segera beres-beres, masak, mandi dan makan bersama. Tidak lama berselang
setelah selesai makan malam, kami akan langsung tidur karena sudah lelah
sepanjang hari beraktifitas di ladang. Besoknya pun harus bangun cepat-cepat
untuk masak dan beres-beres ke ladang melanjutkan aktifitas hari ini.
Terkadang saya berpikir juga sih,
kenapa kami tidak seperti anak-anak lainya yang menghabiskan masa liburan
dengan bermain. Sering merasa iri dengan teman-teman satu kampung waktu itu. Hal
ini baru kusadari setelah aku dewasa, merantau, dan jauh dari orangtua. Ternyata
setiap saat dan setiap kesempatan yang ada adalah merupakan proses pembelajaran
bagi kami untuk bisa mandiri dan memahami bahwa untuk bisa hidup harus berjuang.
Tidak salah inong dan among
memaksa kami waktu itu harus setiap hari ikut bekerja di ladang, dan sebenarnya
pekerjaan yang kami lakukan bukanlah pekerjaan berat. Tetapi kami benar-benar
diajari bagaimana menghargai dan memanfaatkan setiap waktu yang ada.
Kami juga diajarkan bagaimana
memupuk kebersamaan sesama saudara. Ada kesan tersendiri yang melekat di dalam
hati ketika menjalani masa-masa itu. Saat ini aku sangat merindukan itu. Ketika
pulang kampung pun, kami akan selalu usahakan pergi ke ladang itu, satu tempat
yang sudah menghantarkan kami hingga sampai di tahap ini. Walaupun kondisi
ladang itu sudah banyak berubah, tapi kenangan itu tidak akan pernah berubah.
Satu kesimpulan yang dapat saya
sampaikan adalah jadikanlah setiap pengalaman sebagai proses belajar, sehingga
pada masa suatu waktu kita akan memetik hasil dari belajar itu. Sama hal nya
dengan menulis, haruslah melalui poses belajar yang dimulai dari tahap mulai menulis,
terus menulis, semangat menulis, dan akhirnya mahir menulis.
Salam_Semangat
Silangkitang_Tarutung
Senin, 6 Desember 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar