Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah untuk berkarya. Memotivasi diri sendiri dan orang lain. Menjadi inspirasi bagi orang lain. Menjadikan oranglain jadi inspirasi.

Rabu, 08 Desember 2021

Pengorbanan inong sungguh luar biasa


Foto. Illustrasi

 

Aku semakin menyadari betapa besarnya cinta kasih seorang ibu kepada anaknya ketika aku telah menjadi seorang ibu. Saat mengandung anak pertama aku sudah merasakan ketidaknyamanan dari hari ke sehari selama kurang lebih sembilan bulan hingga tiba hari melahirkan. Selama mengandung, perasaan dan emosi susah dikendalikan. Bukan hanya itu saja, selera makan pun selalu terancam karena pengaruh mual dan hormon yang berubah dalam tubuh si ibu. Selama masa kehamilan tidak pernah lagi kurasakan tidur yang nyaman dan nyenyak.

Hingga sampai hari H melahirkan, aku harus mempertaruhkan nyawa di meja operasi. Bahkan ibu-ibu yang lain merasakan sakit luar biasa ketika akan melahirkan. Ternyata ketidaknyamanan itu tidak berhenti setelah melahirkan. Dengan kehadiran si baby kondisi si ibu semakin tidak nyaman karena waktu untuk tidur dan istirahatpun sudah sangat jarang. Mengapa? Setelah melahirkan, si ibu pun harus stanby setiap saat untuk menyusui si baby tanpa mengenal waktu, apakah pagi, siang, sore atau malam.

Selain mengurus si baby, aku juga harus memasak dan membereskan rumah. Syukur ada suami yang mau membantu untuk cuci kain dan membantu belanja segala keperluan dapur. Saat itu aku masih berprofesi sebagai ibu rumah tangga saja, jadi segala kekuatan masih bisa dipaksakan untuk mengurus si baby tanpa ada yang membantu di rumah.

Sejak kehamilan pertama hingga sekarang ini sudah hampir mencapai delapan tahun tubuh ini rasanya tidak pernah lagi merasakan istirahat yang cukup serta tidur yang nyenyak dan nyaman. Anak-anak semakin bertumbuh semakin membutuhkan banyak perhatian orangtua. Apalagi ketika anak sudah mulai di tahap pertumbuhan belajar berjalan, si ibu tidak bisa lagi memposisikan dirinya duduk dengan manis karena setiap detik harus memperhatikan aktifitas si anak.

Aku coba membayangkan kondisi inongku berpuluh tahun yang lalu saat kami dilahirkan dan dirawat di masa usia kami balita. Lima orang kami bersaudara. Berarti lima kali lah inongku mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kami. Apalagi waktu kehamilan anaknya yang nomor empat yang sering mengalami pendarahan waktu itu.

Lalu kami dilahirkan dengan jarak waktu yang tidak terlalu lama sekitar dua tahun. Si kakak masih usia hampir dua tahun adeknya sudah lahir. Begitu seterusnya sampai lahir anaknya yang kelima. Jadi, jika kubayangkan tidak ada lagi memang waktu inong untuk dirinya sendiri. Setiap saat setiap detik harus mampu memperhatikan segala aktifitas anak-anaknya, karena sedikit silap saja, bisa saja si anak tergelincir saat bermain atau mengalami kecelakaan.

Ketika malam hari pun tak ada waktu istirahat. Si ibu harus selalu berjaga-jaga mendengar tangisan bayi setiap saat dan harus sigap mengganti popok bayi dan juga menyusui. Anak yang satu masih menyusui, anak yang lain harus disuapi makan, dan anak yang lainnya juga masih harus dibantu/diajari untuk bisa makan sendiri. Bahkan si ibu pun harus sambil makan sambil menyusui si anak. Pas jam makan si ibu, si anak yang lain pun sudah buang air besar di dalam celana. Mau nggak mau suka gak suka si ibu harus rela hati membersihkannya.

Begitulah hari-hari itu berlalu dijalani oleh inong tanpa mengenal lelah. Ditambah lagi inong harus menjalankan tugasnya sebagai guru. Tidak jarang anak itu digendong sambil menunaikan tugasnya di sekolah.  Sungguh luar biasa tubuh yang kuat dan tangguh yang diberikan Tuhan. Benar-benar luar biasa. Saya saja dengan tiga orang anak terkadang merasakan tubuh ini terasa remuk dan tak berdaya.  

Begitulah kondrat yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta kepada seorang ibu harus mengalami penderitaan saat mengandung dan melahirkan bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya. Hal itu jelas tidak bisa ditolak. Tetapi soal mengurus anak adalah tanggunggjawab bersama kedua orangtua yaitu si ibu dan si ayah. Keduanya harus bekerjasama saling membantu dan saling menolong dalam mengasuh sejak si anak lahir hingga anak tumbuh besar, mandiri dan dewasa.

Beberapa yang saya amati, cenderung hanya si ibu yang lebih berkewajiban dalam mengurus si anak, sedangkan si ayah hanya merasa bahwa kewajibannya hanya mencari nafkah. Apalagi di kampung saya, soal dapur, soal rumah, dan soal anak itu adalah tanggungjawab si ibu. Ntahlah kenapa bisa seperti itu.

Yang jelas pengorbanan inong sangat luar biasa...!!!

 

Salam_semangat

Silangkitang Tarutung

Selasa, 7 Desember 2021

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengapa ku mencintaimu? (part-9)

  Senang, bahagia, sedih, lelah, lega semua rasa bercampur. Senang dan sangat bahagia yang kurasakan bisa berjumpa denganmu. Seseorang yang ...