Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah untuk berkarya. Memotivasi diri sendiri dan orang lain. Menjadi inspirasi bagi orang lain. Menjadikan oranglain jadi inspirasi.

Minggu, 18 Juli 2021

KEJUJURAN MARTIGA-TIGA (BERDAGANG)

 

Gambar. Pasar Tarutung (Tapanuli Utara)

Mengapa Onan Tarutung? Karena peristiwa yang akan saya ceritakan terjadi di onan (pasar) Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Setiap Hari Sabtu merupakan hari besar onan (pasar) beroperasi di Kota Tarutung, dimana pedagang dan para pembeli datang dari berbagai daerah diluar kota Tarutung. Tepat Hari Sabtu tanggal 17 Juli 2021, saya bersama suami dan anak berbelanja ke Onan Tarutung. Sekitar hampir tiga jam kami selesai membeli segala keperluan seperti ikan, daging, bumbu-bumbu dapur, sayur-mayur, beberapa buah-buahan, sepatu sekolah anak, dan juga menyempatkan untuk berburu monja (pakaian bekas)..hehehe.

Hari sudah sore, sebagian pedagang sudah berbenah membereskan dagangan mereka. Saat melewati beberapa pedagang menuju parkiran kendaraan, beberapa pedagang menawarkan barang jualannya dengan harapan pembeli tertarik untuk membeli dagangan mereka. Termasuk beberapa penjual buah. Salah seorang penjual salak menawarkan salak dagangannya dengan harga Rp 5.000 per dua kilo, padahal sebelumnya kami membeli salak dengan harga Rp 5.000 per kilo di tempat yang lain dan salaknya tidak jauh berbeda ukurannya. Selain itu juga ada pedagang jeruk menjual jeruk dengan harga Rp 5.000 per kilo nya, padahal sebelumnya kami menemukan pedagang jeruk menawarkan jeruknya dengan harga Rp 8.000 per kilo dengan ukuran yang sama dengan harga Rp 5.000 jeruk yang ukuran buahnya kecil. Walaupun kami sudah membeli jeruk 3 kilo (Rp 25.000), suamiku memutuskan untuk membeli jeruk yang harga Rp 5.000 per kilo sebanyak 2 kilo dibungkus pelastik terpisah. Lumayan harga lebih murah walaupun ukuran kecil dan simpel untuk dibuat jus, dan juga sedikit membantu pedagang yang berharap dagangannya bisa terjual karena hari sudah semakin sore.

Setelah semua belanjaan beres kami segera kembali pulang ke rumah. Setelah tiba di rumah, saya membongkar semua belanjaan dari pelastik besar. Pada saat saya mengangkat bungkusan jeruk yang harganya Rp 5.000 per kilo saya sedikit curiga kog terasa lebih ringan dan lebih sedikit. Lalu saya ambil kiloan dan saya timbang bungkusan jeruk tersebut, waduh..ternyata hanya 9 ons. Lalu saya ambil beberapa bungkusan belanjaan dan saya cek timbangannya. Ikan teri yang kami beli 1 kg ternyata hanya 9 ons. Timbangan salak pas sekilo dan belanjaan yang lain ada juga yang lebih timbangannya ada yang pas.

Melihat hasil timbangan jeruk dan ikan teri yang tidak pas, saya berpikir kog bisa-bisanya yah penjual/ pedagang berlaku curang seperti itu. Ikan teri yang harganya Rp 100.000/ kilo ternyata hanya 9 ons berarti kami rugi Rp 10.000. Waduh..saya dan suami geleng-geleng kepala dengan timbangan yang tidak pas ini. Kog tega sekali pedagang berbuat seperti itu yah. Beberapa belanjaan memang tidak selalu kami perhatikan pas ditimbang dengan percaya saja pada kejujuran si pedagang. Diwaktu-waktu yang lalu memang kadang ada isu bahwa pedagang sengaja 'mempreteli' alat timbangannya supaya jarum tetap menunjuk ke angka kiloan yang diminta pembeli padahal ternyata jika ditimbang pada timbangan yang lain beratnya tidaklah sama.

Saya sangat miris dengan kondisi ini sebenarnya, salah satu indikator bahwa kejujuran di zaman sekarang ini adalah barang yang sangat langka, dan sangat sulit menemukan orang yang memiliki karakter jujur. Terbukti banyaknya pejabat-pejabat di republik ini yang melakukan korupsi mengambil yang bukan haknya.. Bukan hanya pejabat-pejabat, ternyata kalangan masyarakat kecil juga banyak yang tidak jujur seperti yang saya alami ini. 

Begitulah manusia, lumrah untuk melakukan ketidakjujuran karena banyak faktor yang menjadi alasannya mengapa tidak jujur. Tetapi sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki akal budi, MANUSIA MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK MELAKUKAN KEJUJURAN dan MANUSIA MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK TIDAK MELAKUKAN KETIDAKJUJURAN. Semua agama pastilah mengajarkan umatnya untuk berlaku jujur dalam hal apapun karena itu adalah pertanggungjawaban pribadi kepada Dia Sang Pencipta. 

Setiap ketidakjujuran pastilah ada resiko yang diakibatkannya dan merugikan diri sendiri dan banyak orang. Saya rasa para pembaca yang budiman pernah mengalami ketidakjujuran, apakah diri sendiri yang melakukan atau oranglain. Ketika ketidakjujuran itu dilakukan pasti ada akibat buruk yang terjadi. Ketika saya melakukan ketidakjujuran, rasa bersalah akan terus menghantui saya dan membuat hidup saya tidak tenteram. Ketika seorang suami tidak jujur kepada isteri ataupun sebaliknya bisa saja akan menyebabkan perceraian dan dampaknya memberikan penderitaan kepada anak-anak dan hubungan yang tidak baik bagi keluarga besar si suami dan keluarga besar si isteri. Banyak lagi perbuatan-perbuatan yang tidak jujur yang kita temukan dalam kehidupan di sekitar kita.

Saat menuliskan cerita ini, saya hanya berpikir, apa sih susahnya berbuat jujur? Berkata apa adanya tidak melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangkan, puas dengan apa yang ada sehingga tidak tergoda untuk melakukan korupsi atau mengambil sesuatu yang bukan milik/ hak kita, mengatakan apa yang benar adalah benar, dan mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak benar.

Sedikit teringat saya, beberapa waktu yang lalu, ketika saya belanja di salah satu warung sembako dekat kampus IAKN Tarutung. Saya menyerahkan sekian uang kepada pemilik warung setelah dia menghitung belanjaan saya dan memberikan uang kembalian. Tanpa berpikir panjang saya simpan uang kembalian di dalam kantong dan segera menghidupkan mesin sepeda motor bersiap-siap untuk meninggalkan warung tersebut. Saat akan melaju seketika saya dipanggil oleh pemilik warung dengan suara agak keras. Lalu saya turun dan mematikan motor dan bertanya ada apa lagi apakah uang saya kurang atau bagaimana? Ternyata, si pemilik warung mengatakan, bahwa ia salah menghitung belanjaan saya, dan uang yang saya berikan berlebih. Lalu dia mengembalikan uang saya. Wahhh...lempang rasanya, dengan jujur dia berkata, dosa..dosa..jika saya tidak mengembalikan uang yang berlebih. Dalam hatiku, ternyata masih ada orang jujur disekitar saya. Dalam hati saya berdoa, supaya Tuhan memberkati keluarga pemilik warung tersebut.

Para pembaca yang budiman......!!
Yuk berlaku jujur mulai dari hal-hal kecil misalnya dalam berbicara, cari tahu dulu kebenarannya lalu ceritakan kepada orang lain. Mari jujur kepada orang-orang disekitar kita, kepada suami, isteri, orangtua, kepada anak, kepada teman, kepada pacar, kepada bawahan, kepada atasan. Jika kita mampu jujur dalam hal kecil, saya yakin dalam hal besar pun kita akan mampu melakukan kejujuran. 

Ingatlah...ketidakjujuran akan mendatangkan perpecahan, penderitaan. 
Namun sebaliknya, kejujuran akan mendatangkan kenyamanan, ketenteraman, dan damai sejahtera bagi diri sendiri dan orang lain.

YOKKK...SEMANGAT BERBUAT JUJUR...!!!

2 komentar:

  1. Tulisan yang mengingatkan akan pentingnya kejujuran... Mantap...
    Berani jujur...Hebat...
    Mari mulai dari hal-hal kecil...

    BalasHapus

Mengapa ku mencintaimu? (part-9)

  Senang, bahagia, sedih, lelah, lega semua rasa bercampur. Senang dan sangat bahagia yang kurasakan bisa berjumpa denganmu. Seseorang yang ...