Tadi pagi, semua orang di rumah mempersiapkan segala sesuatu menuju aktifitas masing-masing. Among yang akan berangkat kontrol ke RS Dolok Sanggul, inong yang akan berangkat ke sekolah, abangku dan keponakan yang akan berangkat ke bandara Silangit, dan juga kami yang akan berangkat kembali ke Silangkitang.
Dari
bangun pagi jam 06.00 WIB aku sibuk mengerjakan segala sesuatunya seperti memasak, beres-beres rumah, menyiapkan
anak-anak serapan dan mempersiapkan oleh-oleh yang akan dibawa oleh abang dan
keponakan kembali ke perantauan mereka. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Dari bangun tidur sampai menjelang pukul 10.00 kami semua sudah bersiap-siap
untuk meninggalkan rumah among inong.
Saat
dalam perjalanan ke bandara, inong mengatakan sesuatu yang mungkin mewakili
sesuatu yang terlintas di dalam hatinya, “bah..tahe..lungunan ma muse hami na
dua di jabu ateh”artinya dalam Bahasa Indonesia kami akan kembali merasa
kesepian lagi. Ya, barangkali inong terbayang selama tiga hari ini rumah begitu
rame dengan anak-anak dan cucu-cucunya, dari pagi siang hingga malam rumah
selalu ribut dengan canda tawa dan sesekali cucunya menangis karena berantem
kecil-kecilan. Hheeee
Iyalah
memang, tinggallah mereka berdua di rumah. Tetapi apalah mau dikata, memang
seperti itulah kehidupan ini, semua ada masanya. Ada saatnya mereka berjerih
lelah membanting tulang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak-anak
hingga mengantar anak-anaknya sampai dewasa dan berkeluarga. Kemudian ada
masanya anak-anak akan meninggalkan mereka berdua, karena anak-anak memang
sejak kecil diajari untuk pergi merantau mencari kehidupan masing-masing. Lalu
ada juga masanya anak-anak akan datang kembali mengunjungi mereka bersama
cucu-cucu mereka yang lucu-lucu. Yahh,,,begitulah. Satu harapan dalam hatiku
kiranya mereka berumur panjang menikmati hari tua, melihat dan menyaksikan
hasil dari perjuangan mereka selama ini.
Sepanjang
perjalanan dari kampung menuju ke Silangkitang, aku coba merenung-renungkan
kebersamaan bersama among inong di kampung. Sehingga tercetuslah satu ide untuk
aku tulis hari ini yaitu tentang bingkisan oleh-oleh yang disiapkan inong tadi
pagi. Aku jadi teringat ketika kuliah dulu di Medan, setiap aku pulang kampung
maupun ketika ada teman kos yang pulkam selalu diusahakan inong untuk
memberikan sesuatu bingkisan. Aku tentu sangat senang dan bahagia walaupun
bingkisan yang diberikan bukanlah sesuatu yang istimewa karena isinya adalah
bagian dari sembako seperti beras, ikan teri, sayuran, tomat. Disamping
menghemat pengeluaran sebagai anak kos, tentu yang dikirimkan inong lebih alami
dan membuat aku senang.
Tadi
pun aku turut mempersiapkan bingkisan inong untuk keluarga abang di pulau Jawa.
Diantaranya adalah memasak ayam goreng yang sudah diungkap tadi malam. Lalu ada
juga sayuran, mie lidi toba, dan kembang loyang satu kaleng kecil (bekas kaleng
roti kongguan). Ntah apalagai tadi, kurang kuperhatikan karena sibuk menyiapkan
yang lain.
Kalo
bingkisan ini memang bukan untuk menghemat pengeluaran, tapi itulah yang ada
sebagai oleh-oleh untuk keluarga yang telah menunggu di perantauan. Sudah bisa
dipastikan, tentulah keluarga di sana akan sangat senang membuka karton nya dan
menikmati makanan yang sudah dibungkus dengan rapi.
Kalau
dihitung dan dirupiahkan isi bingkisan itu tidaklah seberapa. Namun, bingkisan
yang sederhana itu memberikan rasa senang dan bahagia bagi keluarga yang
menikmatinya. Begitulah inong ini, apapun diusahakannya selagi ia mampu
menyediakannya. Ahh..luar biasa lah. Bangga dan kagum padanya.
Salam
Semangat
Silangkitang_Tarutung
Rabu,
15 November 2021