Saat
menuliskan kisah tentang inong, pikiran ini seolah-olah berpetualang menelusuri
moment berpuluh tahun yang lalu. Mencoba membuka memori mengingat kembali
peristiwa-peristiwa bersama inong. Bisa saja yang teringat merupakan kesan yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
Tadi
malam saat mau tidur terlintaslah judul ini dalam benakku, “akhh...aku akan
membuat ide tulisan tentang masakan inong yang selalu kurindukan”, begitu kata
hatiku. Supaya tidak lupa maka aku mengetikkan dan menyimpan di note handphone.
Kemarin aktifitas lumayan padat sehingga tidak sempat melanjutkan tulisan
tentang inong.
Dalam
keluarga kami jika mau makan daging adalah ketika ada pesta dikampung. Jadi
inong akan membawa kami ikut ke pesta dan bisalah ikut makan daging di sana. Atau
jika kami tidak ikut, inong akan selalu mengusahakan membawa bungkusan dari
pesta yang isinya adalah nasi dan daging. Begitu kami membuka bungkusan itu,
dalam sekejap semua yang dibawa akan ludes,,,hehee. Apalagi saya adalah pecinta
nasi dan daging pesta kala itu. Sekarang usia sudah tiga puluhan sudah harus
menjaga pola makan karena sudah rentan kena penyakit jika makan berlebihan
apalagi yang kandungannya lemak atau minyak.
Selain
jagal pesta, kesempatan makan daging adalah ketika ada keluarga perantau yang
pulang kampung. Wow...bagi kami orang kampung akan sangat menantikan para
perantau pulang kampung yang biasanya adalah pas akhir tahun yaitu merayakan
pergantian tahun baru dan silahturahmi bersama keluarga.
Keluarga
perantau biasanya akan diundang untuk makan di rumah kami. Jadi, inong dan
among sudah merencanakan kira-kira hidangan apa yang akan disuguhkan. Ya tak
lain tak bukan adalah memotong ayam kampung peliharaan, karena kampung kami
jauh dari pasar. Apa yang adalah yang akan dimasak.
Saya
dengan senang hati membantu inong masak, menyiapkan bumbu-bumbunya,
menghaluskan dengan ulegan, memarut kelapa untuk digongseng dan membuat santan,
lalu menggongseng kelapa dan menguleg. Among akan membantu memotong ayam dan
membersikan sampai siap untuk dimasak.
Setelah
semua bahan siap, maka inong akan segera memasak di tungku dengan menggunakan
kayu bakar karena saat itu kami tidak pernah menggunakan kompor minyak tanah.
Semua masakan seperti nasi, ikan, sayur, air minum dimasak menggunakan kayu
bakar, karena dikampung kami masih banyak kayu yang dapat dimanfaatkan jadi
kayu bakar. Selain itu juga orangtua kami harus berhemat dan menabung bagi
kebutuhan masa depan kami. Dengan alasan keterbatasan ekonomi ini juga, inong
sangat jarang sekali membelikan daging untuk menu lauk kami dirumah.
Begitu
jam makan tiba, keluarga yang dijamu datang ke rumah dan kami akan makan
bersama menikmati masakan inong yang menurutku sangat lezat dan mengundang
selera makan. Saat menuliskan kisah ini juga saya jadi pengen bah mau ke
kampung menikmati ayam gulai spesial masakan inong...hmmm..lezat bah..hehee.
Ketika
kami anak-anaknya sudah beranjak remaja, satu-persatu pergi meninggalkan
bonapasogit untuk merantau dan kuliah. Untuk memberangkatkan kami, inong dan
among juga akan membuat makan bersama dan memotong ayam kampung peliharaan
kami. Sebelum menikmati ayam gulai spesial masakan inong, terlebih dahulu
mendoakan anaknya yang akan berangkat. Lalu ia akan dipersilahkan giliran yang
pertama kali mengambil bagian dari daging ayam yang menjadi kesukaannya.
Begitulah
inong dan among ini. Setiap kali kami ke kampung saat liburan kuliah, akan
diusahakan mereka untuk memotong ayam peliharaan mereka dan dimasak sedemikian
rupa, hingga tak jarang saat makan bersama kami akan banyak tambah nasi seperti
orang sangat kelaparan.....heheee. Sangat puas rasanya bisa menikmati masakan
inong ini. Rasa bumbunya pas di lidah dan sangat menggugah selera makan.
Kapan
lagi yah bisa menikmatinya? Aku akan menantikan saat yang membahagiakan itu,
mungkin di akhir Desember ini atau awal Januari tahun 2022 saat bersama-sama
melewati pergantian tahun ini. Semogalah.
Salam_semangat
Tarutung_Silangkitang
Sabtu, 11 Desember 2021