Dalam pasal 2 : 17-18, Nehemia menunjukkan kepada orang-orang yang menyertainya tentang kondisi Yerusalem yang sudah menjadi reruntuhan, hancur, dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Nehemia mengajak mereka untuk ikut membangun dan memulihkan kondisi Yerusalem yang sudah hancur itu. Lalu mereka dengan sekuat tenaga mau membangun dan bekerja tanpa sedikit pun ragu tentang apa yang disampaikan oleh Nehemia.
Secara logika, bisa saja mereka
menolak untuk mau terlibat dengan rencana Nehemia. Namun Nehemia menceritakan
perbuatan Tuhan yang sudah nyata. Allah yang akan melindungi. Perlindungan
Allah terbukti dengan adanya restu/ dukungan/ legalitas dari raja Arthasasta.
Ketika Nehemia mengutarakan rencananya kepada raja, tidak sedikitpun raja
menolak. Hal itu dapat terjadi karena Allah yang turut bekerja memberikan
kelembutan hati kepada raja. Bahkan raja menyediakan bahan-bahan yang akan
digunakan oleh Nehemia untuk membangun kembali tembok Yerusalem.
Doa Nehemia pada pasal 1
membuktikan Firman Allah yang tertulis dalam Matius 7: 7-7 “Mintalah maka akan
diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan
dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang
yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan”.
Kesungguhan Nehemia berdoa dan berpuasa selama sekitar 4 bulan (jarak bulan
Nissan ke Kislew) akhirnya membuahkan hasil, Tuhan menjawab doanya. Selama
empat bulan itu, Nehemia penyerahan penuh kepada Tuhan, dan dia dengan tekun
berdoa dan berpuasa kepada Tuhan.
Tindakan Nehemia ini menekankan perlunya benar-benar berserah penuh
menundukkan diri kepada kuasa Tuhan dalam Doa dan puasa sebelum melakukan
sesuatu ‘pekerjaan besar bagi Tuhan’. Didalam masa Doa itu, secara pribadi juga
mempersiapkan diri untuk tunduk dan taat pada otoritas Tuhan. Secara penuh
dalam kerendahan hati, mengijinkan Tuhanlah yang bekerja mengawali dan
mengakhiri.
Didalam ayat 19-20, ternyata ada
orang-orang yang berusaha menghalangi Nehemia untuk membangun Yerusalem. Mereka
adalah Sanbalat orang Horon, dan Tobia orang Amon pelayan di kerajaan
Artahsasta dan Gesyem orang Arab. Mereka mengolok-olok Nehemia dan menuduhnya
mau memberontak kepada raja. Namun, Nehemia sedikit pun tidak ciut mendengar
apa yang mereka sampaikan. Dengan tegas Nehemia mengatakan bahwa Tuhan
menyertai mereka hamba-hambaNya dan mereka yang mengolok-olok tidak punya
bagian dalam pekerjaan itu.
Kondisi ini menjelaskan bahwa ada tantangan, rintangan ketika seorang
hamba Tuhan ingin melakukan sesuatu pekerjaan besar untuk Tuhan. Ada orang luar
yang dengan sengaja menghambat atau merusak rencana tersebut supaya gagal,
sengaja membuat gosip yang tidak benar supaya semangat si hamba Tuhan ciut dan
akhirnya mungkin bisa gagal. Namun, dikatakan dengan jelas dari teladan Nehemia
menegaskan bahwa Tuhan akan menyertai setiap hambaNya.
Dalam melakukan sebuah perencanaan tentu haruslah mempertimbangkan
resiko ataupun tantangan yang mungkin akan muncul, baik tantangan dari diri
sendiri maupun dari luar diri sendiri. Dari diri sendiri bisa bersifat godaan
untuk jadi mundur atau patah semangat di tengah jalan karena pengaruh beratnya
tantangan yang dihadapi. Namun, harus dicatat dengan jelas bahwa penyerahan
penuh kepada Tuhan mengijinkan Dia yang berkuasa penuh memberikan hikmat dan
kebijaksanaan dan kekuatan menghadapi setiap rintangan. Seberat apapun
rintangan yang menghambat tidak akan menghalangi hamba Tuhan dalam mencapai
tujuanNya.
Sering sekali bahwa hamba Tuhan gagal di tengah jalan. Kenapa? Tidak sanggup
menghadapi beratnya rintangan itu, seperti godaan materi, jabatan, kepentingan,
kebutuhan hidup, dll. Kegagalan itu akan terjadi ketika ia tidak menyerahkan
diri sepenuhnya dituntun oleh Tuhan. Melakukan pekerjaan besar bagi Tuhan
haruslah ada persekutuan yang erat dengan Tuhan. Sebab iblis akan selalu
mengintai saat kapan pun dan saat bagaimana pun, tetapi ketika persekutuan
dengan Allah tetap terjalin, maka kuasa Allah akan bekerja dan iblis akan
tersingkir.
Dalam pekerjaan besar yang
dilakukan oleh Nehemia melibatkan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.
Lagi-lagi Tuhan yang bekerja menaruhkan beban yang sama kepada teman-teman yang
mau melibatkan diri. Masing-masing memahami dengan jelas tentang visi yang
diberikan oleh Tuhan. Sehingga secara bersama-sama mau bekerja untuk
merealisasikan rencana tersebut. Didalam kebersamaan itu juga secara penuh
mengandalkan kuasa Tuhan dan bersama-sama menghadapi rintangan yang terjadi. Melakukan
pekerjaan besar untuk Tuhan membutuhkan komunitas untuk saling mendoakan dan
saling menguatkan. Iblis akan selalu berusaha menggagalkan pekerjaan besar
untuk Tuhan. Namun, dalam komunitas kuasa iblis tidak mampu bekerja, karena ada
kesatuan hati bersama-sama melawan rencana-rencana si jahat. Dalam kesatuan
hati, kuasa Tuhan akan bekerja dengan sempurna.
Teladan Nehemia :
1.
Sebelum merencanakan sesuatu, berdoalah dengan
tekun dan berpuasa, bertanya kepada Tuhan apa kehendakNya tentang rencana
tersebut.
2.
Didalam ketekunan doa dan penyerahan penuh
kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan keberanian, hikmat, kecerdasan,
kemampuan dan kebijaksanaan membuat keputusan-keputusan yang tepat.
3. Tuhan memberikan kemampuan kepada Nehemia sehingga dia dapat memprediksikan rintangan, tantangan-tantangan yang akan dihadapinya sebelum dia mengeksekusi rencana tersebut.
4.
Menyerahkan seluruh totalitas diri mau dipakai
oleh Tuhan dan mau mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk melakukan
pekerjaan Tuhan seperti mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan mungkin
perhatian kepada keluarga akan berkurang.
5.
Tidak lebih mengutamakan kepentingan diri
sendiri daripada pekerjaan Tuhan, seperti jabatan, materi, gengsi, harga diri,
dll.
6.
Aku akan berusaha mengerjakan apa yang menjadi
bagianku, dan Tuhan akan mengerjakan apa yang menjadi bagianNya.
Kiranya melalui teladan Nehemia,
setiap hambaNya yang mau memberi diri untuk pekerjaan Tuhan akan semakin
diteguhkan janji penyertaan Tuhan akan memampukan dalam menghadapi
rintangan-rintangan yang terjadi. Tidak perlu takut dan kuatir, sebab Allah
menyertai. Amin.