“Kabar baik Mon”, dengan tersenyum dan sedikit salah
tingkah aku membalas pertanyaanmu. Ntah kenapa aku agak sedikit grogi begitu.
Aku mengajakmu untuk duduk sebentar dan memperkenalkanmu kepada teman kuliahku.
Aku lirik wajahmu sepertinya ada respon yang agak gimana gitu yah. Hahaaa...
Ntah apa yang ada di dalam pikiranmu saat itu, aku tidak tahu.
Sedikit agak kurang enak jadinya perasaanku melihat
raut wajahmu yang sedikit menyimpan kecurigaan. Aku sih berpikir positif saja dan
membiarkan rasa curiga itu menyerang hatimu. Hahaaaa...Iya dong kan. Barangkali
jadi satu indikasi apakah ekspresimu itu karena ada cemburu atau apalah. Aku
sih tetap berusaha bersikap biasa saja.
Tanpa berlama-lama lagi, aku pamitan dengan teman
kuliahku itu. Kita melangkah perlahan menuju halte bus Damri. Selama beberapa
saat kita menunggu bus Damri yang menuju cawang UKI. Tujuan kita adalah kesana.
Numpang menginap satu malam di sekretariat Paksu yang masih dekat ke kampus
UKI. Karena tidak mungkin dirimu menginap di kos ku. Apa kata dunia nanti ya
kan.
Sebelumnya juga aku berpikir apakah sebaiknya dirimu
akan menginap di tempat keluarga. Akhh..tidak usahlah, jadi panjang nanti
ceritanya. Tidak enak juga aku sama saudara jika membawa seorang laki-laki yang
hanya teman biasa. Kuatir jadi bahan pergosipan nanti di tengah keluarga. Dan
akhirnya aku memutuskan untuk membawamu ke sekret Paksu karena di sana ada teman-teman
persekutuan yang bisa kita ajak ngobrol.
Tidak terlalu lama menunggu akhirnya bus yang kita
tunggu pun datang. Saat sudah masuk ke dalam bus syukurlah ada pasangan kursi
yang kosong. Sehingga kita bisa duduk berdampingan. Hal ini juga yang
kupikirkan selama kita menunggu di halte. Berharap ada sepasang kursi yang
kosong yang pas untuk kita berdua. Jikalau tempat duduk berjauhan repotlah itu
dan sepertinya gimana gitu ya kan hahaaaa....
Aduhhh...grogi bercampur senang dan segala rasa
berkecamuk di dalam hati saat duduk berdampingan denganmu. Aku coba berusaha
tidak menuruti perasaanku. Meskipun status kita hanyalah teman biasa namun
sebenarnya ada rasa rindu yang sudah lama tersimpan di dalam hati. Karena ini
masih tahap menguji hati, jadi aku coba tetap bersikap biasa tanpa ada sesuatu
yang spesial.
Aku berusaha bersikap biasa saja duduk di sampingmu
dan menjaga jarak supaya tidak terlalu rapat. Sepanjang perjalanan kita berbincang-bincang
tentang banyak hal. Aku coba menenangkan hati dan mendiamkan getaran jantungku
yang berdegup kencang setiap kali bahuku atau tanganku bersentuhan denganmu. Ingin
rasanya bersikap romantis seperti cerita sepasang kekasih dalam sinetron. Namun
aku tidak mau bersikap berlebihan dan tetap berusaha membatasi diri.
Saking asyiknya mengobrol tidak terasa tujuan kita
hampir sampai. Aduh cepat sekali begitu kata hati. Masih ingin berlama-lama
duduk berdampingan denganmu. Namun aku tepiskan segala perasaan dalam hatiku
dan menganggapmu hanya sebagai teman biasa.
Sudah menjelang malam kita tiba di daerah cawang.
Kita belum makan malam. Perut sudah terasa lapar. Kita tidak makan di tempat
makan. Kalo aku tidak salah ingat waktu itu kita membeli nasi goreng gerobak
dipinggir jalan menuju sekretariat Paksu. Mengingat waktu sudah terlalu malam,
segan nanti sama kawan yang tinggal di sekret Paksu jika kita datang terlalu
malam. Akhirnya nasi gorengnya dibungkus dan akan kita makan setelah tiba di
sekret Paksu.
Terlalu malam memang kita tiba di sana. Tapi
kekmanalah kemacetan ibukota tidak bisa terhindarkan. Beruntung saja teman yang
disana masih sabar menunggu kita. Setelah makan malam dan ngobrol-ngobrol
tentang planning kita untuk besok harinya, masing-masing kita merebahkan diri untuk
beristirahat.
Bersambung....