Ini adalah kisah nyata. Hampir semua ibu yang baik akan merasa kuatir dan sedih ketika anaknya sakit. Ibu akan berupaya bagaimana supaya anaknya segera sembuh dan sehat. Menggendong saat rewel, mengurut badan si anak, membujuk supaya mau makan dan minum, mengusahakan puding, membersihkan muntahnya ketika si anak mengeluarkan isi perutnya, bahkan rela tidak tidur sepanjang hari hingga malam demi menemani anaknya.
Ketika
si anak mengalami sakit, si ibu juga tidak akan dapat fokus untuk bekerja jika
ibunya bekerja di luar rumah. Sebisa mungkin si ibu akan berusaha minta ijin tidak
masuk kerja kepada pimpinannya ditempat kerja atau akan berusaha pulang lebih
awal untuk melihat kondisi si anak.
Ternyata
ibu tidak hanya kuatir ketika anak kecilnya sakit. Rupanya inongku juga masih
merasa kuatir ketika anaknya yang sudah jadi seorang bapak mengalami sakit. Kondisi
ini terjadi beberapa hari yang lalu ketika kami berkunjung ke kampung. Abangku
yang pulang dari perantauan ternyata sudah beberapa hari mengalami demam. Dia
memaksakan dirinya untuk pulang melalui jalur darat karena ada sesuatu hal.
Kondisi
nya yang tidak sehat sedikit membuat seluruh keluarga kuatir membayangkan perjalanan
sekitar tiga hari dua malam. Apalagi badannya sedang demam dan tidak fit, bisa
saja di tengah perjalanan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi karena
penyertaanNya lah akhirnya bisa tiba di bonapasogit dengan selamat.
Begitu
tiba di kampung, inong langsung mengusahakan sop ayam kampung untuk jadi
pudingnya. Selain itu juga mencari dimana yang ada menjual sop B1 untuk
membantu memulihkan tenaga. Setelah bercerita panjang lebar tentang demamnya yang
tak kunjung turun, inong menyarankan supaya besoknya pergi untuk cek darah ke
RS, manatau ada indikasi penyakit seperti tipus.
Abangku
ini sudah makan obat setiap hari, tetapi tak kunjung sembuh. Sekaligus juga dapat
melakukan konsultasi dengan dokter tentang obat yang harus dikonsumsinya,
karena ada dugaan obat yang dimakannya tidak cocok karena obat itu yang
biasanya dibeli di warung-warung. Melihat kondisi anaknya yang kadang merasa
menggigil, inong bolak-balik menyarankan supaya abangku pergi untuk cek darah.
Inong juga menceritakan pengalamannya puluhan tahun lalu tentang gejala yang
hampir mirip pada waktu anaknya yang paling kecil mengalami sakit tipus ketika
masih anak-anak.
Inong
juga mengkusut (urut) badan abangku ini dari kepala hingga kaki. Sesekali ia
merasakan kesakitan ketika di urut. Mungkin saja masuk angin atau rematik atau
otot-ototnya terlalu kaku karena lelah di perjalanan menyetir tanpa istirahat
yang cukup. Begitu dugaan kami. Hingga dua malam berturut-turut abangku ini
tidak bisa tidur dengan tenang, ia merasa kedinginan dan gelisah.
Saat
bangun pagi hari, inong melihat kondisi abang yang belum ada perubahan, dia
begitu kuatir, hingga terus menyarankan supaya cek darah ke RS. Namun abangku
tidak mau dengan alasan barangkali masih tahap pemulihan atau merasa sakit
setelah di urut. Inong pun selalu mengingatkan supaya banyak minum air putih,
banyak minum sop ayam kampung dan sop B1, dan juga banyak makan.
Inong
sangat mengkhawatirkan kondisinya, karena abangpun akan segera kembali ke pulau
Jawa. Dengan kondisinya yang tidak sehat, sepertinya gimana begitu yah, sedikit
kuatir jika dalam perjalanan ada gangguan. Akhirnya sehari sebelum
keberangkatan, abangku ini pergi juga untuk konsultasi ke dokter, dan ternyata
diberikanlah obat yang pas sehingga kondisinya sudah semakin sehat. Inong pun
agak merasa lega lah melepas keberangkatan mereka.
Aku
juga merasakan kuatir dan sedih ketika dua hari ini dua orang anakku mengalami
demam dan flu. Aduhhh..rasa gelisah berkecamuk dalam pikiran. Belum lagi banyak
pekerjaan yang harus diselesaikan, suamipun sedang diluar kota. Walaupun sudah
sering menghadapi situasi anak sakit, tetap saja aku merasa sedikit panik jika
anak-anak tidak sehat. Bahkan tadi malam aku susah tidur memikirkan kondisi
mereka.
Sebelum
mereka tidur, aku coba untuk mengurut badannya dengan minyak urut, dengan
harapan supaya mereka dapat tidur dengan nyenyak. Dan akhirnya mereka
tertidurlah, namun aku masih belum bisa tidur memikirkan kondisi mereka. Hingga
seharian ini, aku tidak fokus melakukan pekerjaanku karena memperhatikan
mereka, apalagi si kecil yang rewel meminta untuk digendong.
Sudah
begitulah kodrat seorang ibu yah, harus merelakan kenyamanan dirinya demi kenyamanan
anak-anaknya. Hanya satu pintaku padaNya supaya aku diberi kekuatan merawat
anak-anak yang dititipkanNya ini.
Salam_semangat
Silangkitang
Tarutung
Jumat,
17 Desember 2021