Gambar. Illustrasi bongkar celengan bambu |
Masa saya kecil dikampung sungguh sangat jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Zaman begitu cepat berubah dengan semakin berkembangnya teknologi. Kampung kami waktu itu belum ada listrik, jadi kami menggunakan lampu teplok yang terbuat dari kaleng bekas lalu di isi minyak tanah dan diberikan sumbu dari bahan kain bekas. Kalau sudah bangun pagi, hidung akan terlihat hitam karena asap dari lampu teplok tersebut. Heheee...
Hidup
serba memanfaatkan apa yang ada di alam. Termasuk untuk memasak apapun harus
menggunakan kayu bakar. Salah satu hasil alam juga yang bisa kami gunakan
adalah bambu. Pada waktu itu masih banyak tumbuh bambu dikampung yang batangnya
hampir seukuran dengan diameter gelas.
Di
sekolah, guru-guru sering memberikan kami tugas untuk membuat kerajinan seperti
dari bahan bambu ini. Salah satunya adalah membuat celengan dari bambu. Kala
itu belum ada celengan seperti sekarang yang terbuat dari bahan pelastik dengan
motif yang bagus seperti bentuk ayam, tabung, nenas, dll. Celengan bambu itu diberi
sedikit lobang dibagian atasnya lalu diposisikan di sudut kamar dan dipaku pada
salah satu tiang supaya tidak bisa dipindah-pindahkan.
Inong
juga selalu mendorong kami supaya rajin menabung. Satu semboyan yang mengatakan
“sedikit demi sedikit lama-lama jadi
bukit” terbuktilah dengan rajin menabung. Dari sisa uang jajan yang
diberikan inong setiap hari Minggu saat pergi sekolah minggu ke gereja, kami
selalu mengusahakan untuk menyisihkan sebagian untuk dimasukkan ke dalam
celengan bambu. Selain itu juga, jika ada saudara yang pulang dari perantauan,
terkadang ada yang memberikan uang, itu pun kami masukkan ke dalam celengan
bambu.
Tidak
terasa memang, lama-lama celengan bambu itu penuh. Saat itu, uang logam yang
masih banyak kami tabung yang harga nominalnya ada Rp 25,-, Rp 50,- dan Rp
100,-. Uang kertas ada juga tetapi sangat jarang. Jika ada uang kertas yang
akan dimasukkan ke dalam celengan bambu, uangnya terlebih dahulu dilipat sampai
bentuknya kecil supaya bisa muat di lobang bambunya.
Wahh..senangnya
jika celengan sudah hampir penuh, berarti sudah mau dibongkar. Ye...kami akan
bahagia menantikan moment itu, karena kami dapat melihat secara langsung hasil
tabungan sebagai hasil dari kerajinan kami menabung. Biasanya mengetahui celengan
ini sudah hampir penuh adalah ketika digoyang bambunya sudah berat, dan ketika
dimasukkan uang ke dalamnya, suaranya uang logamnya akan terdengar hanya
sebentar.
Akhirnya
tibalah hari yang dinantikan itu. Kami akan berkumpul bersama dengan inong
menyaksikan bersama-sama celengan bambu dibongkar dengan cara bambunya dibelah
dua. Taddaa...begitu bambunya di belah uang logam berserakan dan bahkan ada
yang berguling-guling. Yee...kami sanat senang dan gembira. Semua kami berlomba
untuk menghitung bersama-sama hasil tabungan tersebut sembari membersihkan uang
dari bekas abu yang ada di dalam bambu.
Biasanya
celengan kami dibongkar menjelang mau masuk tahun ajaran baru, karena hasil
tabungan kami itu akan digunakan inong untuk membantu perlengkapan sekolah
seperti membeli baju seragam sekolah, pensil, dan buku. Yah..lumayanlah untuk
bantu-bantu pengeluaran inong. Untuk mengganti celengan yang sudah dibongkar,
kami juga akan mengambil bambu yang baru dan dibuat jadi celengan baru.
Saya
sangat terinpirasi memang dengan moment-moment waktu kecil. Hingga sekarang ini
saya harus mewajibkan anak saya untuk memiliki celengan tetapi tidak lagi
menggunakan bambu seperti saya dulu. Sekarang sudah banyak dijual celengan dari
bahan pelastik dengan harga yang murah dan terjangkau.
Gbr. Celengan anak saya |
Dalam waktu dekat ini, celengan anak saya kemungkinan akan kami bongkar dan dieksekusi. Anak ku sudah tidak sabar lagi ingin melihat hasil tabungannya seperti apa. Saya juga sangat penasaran sebenarnya, sudah hampir empat tahun tak dibongkar. Sebenarnya belum penuh tadi sudah terasa berat jika diangkat. Saya juga sedikit kuatir dengan uang kertas yang ada di dalamnya mudah-mudahan tidak rusak karena bercampur dengan uang logam. Soalnya tabungan berbentuk bebek ini seringkali diangkat-angkat dan dimain-mainkan oleh mereka.
Asyikk
juga itu, menanti hari bahagia itu, seperti saya dulu waktu kecil.
Hahahaaaaa......!!!
Terimakasih
inong, sudah mengajariku banyak hal.
Salam semangat
Silangkitang_Tarutung
Sabtu, 18
November 2021