Gbr. Kala itu dinding kamar kosku di Depok |
Hahhh..akhirnya bisa merebahkan diri hampir mendekati
jam 1 malam. Lumayan melelahkan seharian tetapi hatiku sangat senang dan
bahagia tak terkira. Bertemu dia yang sangat kurindukan. Cepat sekali rasanya
jam ini berputar. Hari ini bertemu besok sudah berpisah lagi. Hiikkkssss... Tapi
apalah daya banyak hal yang membatasi kebersamaan kita.
Walaupun tubuh telah rebahan tetapi hati dan
pikiran masih melayang-layang memutar rekaman memori moment pertemuan kita hari
ini. Mengingat kembali setiap detik yang kita lalui sejak pertemuan di bandara.
Menyenangkan sekali rasanya. Nyaman berdua denganmu. Duduk disampingmu. Tertawa
bersama. Melihat senyum manismu dan lesung pipimu. I miss that moment.
Aku masih memikirkan dirimu. Sudah tidurkan dia? Atau
seperti dirikukah masih terbayang-bayang kebersamaan kita sejak sore tadi.
Semoga dia tidur nyenyak dan mimpi indah. Begitulah kata hatiku sambil
membayangkan sosok dirimu. Menjelang dini hari mataku baru bisa terpejam setelah
benar-benar lelah mengingat detik demi detik yang kita lalui hari ini.
Pagi-pagi di hari Minggu kita bangun cepat dan
bersiap-siap untuk beribadah ke gereja yang dekat sekret Paksu HKBP Cawang.
Jadilah kita ibadah bersama di sana. Hatiku sangat senang bisa mengawali pagi
dengan ibadah bersamamu. Walaupun agak sedikit kurang fokus karena canggung dan
sedikit grogi duduk berdampingan denganmu. Setiap kali aku harus berusaha
menenteramkan hatiku dan menenangkan jantungku yang berdetak tak menentu. Kapan
ada lagi moment seperti ini? Begitu terucap dalam hati.
Selesai serapan di pinggir jalan terowongan
seberang kampus UKI, kita menuju rumah sakit Cikini menggunakan taksi. Adek
teman SMAmu sedang opname dirawat di sana. Salut aku dengan kepribadianmu yang
memiliki empati dan kepedulian kepada orang lain. Selain menjenguk juga
sekaligus mau reuni singkat dengan sahabatmu yang sudah lama tidak bertemu
sejak kalian tamat SMA di Pematang Siantar.
Aku sendiri paling enggan dan segan berkunjung ke
rumah sakit. Aku orangnya sangat sulit berkata-kata kepada orang sakit memberi
penguatan. Sulit bercerita. Tidak tahan berlama-lama di dalam ruang pasien
karena rasa iba dan sedih yang sulit kutahan melihat pasien yang terbaring lemah.
Juga tidak suka dengan aroma rumah sakit yang bisa membuatku mual.
Jadi waktu itu aku hanya sebentar betah di dalam
ruangan melihat kondisi adek temanmu yang terpasang infus. Tidak berapa lama
aku keluar ruangan mencari udara segar dan menunggumu di luar.
Beberapa saat kemudian, dikau keluar dan
menghampiriku dengan wajah penuh pertanyaan seperti ada sedikit kecewa. Mungkin
dirimu merasa bahwa aku begitu cuek dan tidak perduli. Dirimu menanyakanku
kenapa aku keluar sendirian dan tidak mau menunggu di dalam ruangan. Aku jawab
karena aku tidak tahan dengan kondisi didalam ruangan yang membuat aku nyesak. Lalu
dirimu mengajakku untuk ikut kembali ke dalam ruangan untuk berdoa dan pamit.
Selepas meninggalkan ruangan dirimu bercerita sebentar
dengan sahabatmu sambil kita melangkah menuju pintu keluar rumah sakit. Mungkin
temanmu ada menduga bahwa kita adalah teman spesial, sehingga kata terakhir
yang dia sampaikan adalah “ditunggu undangannya yah”. Hahaaaa....sontak aku
tertawa mendengar itu. Dalam hatiku sedikit curiga cerita apalah dirimu kepada
sahabatmu tadi saat kutinggal di dalam ruangan ya? Kog sepertinya gimana gitu
ya kan? Karena aku tidak ingin terlalu membawa perasaan, kita hanya teman
biasa.
Duhhh..tak terasa waktu terus berlalu. Tinggal
beberapa jam lagi kebersamaan kita akan berakhir. Sebenarnya aku merasa sedikit
kurang enak ketika dirimu memutuskan untuk sebentar berkunjung ke RS dan
sekaligus menjumpai sahabatmu. Seharusnya dirimu memprioritaskan seluruh
waktumulah untuk ku. Begitu pikiranku. Karena waktumu yang sangat singkat dan
terbatas. Masih banyak hal yang perlu kita bicarakan sebelum dirimu kembali ke
Medan. Apakah pertemanan kita ini akan dilanjutkan lebih serius atau tidak? Itu
pertanyaan yang menurutku harus ada jawaban hari itu.
Namun ku berusaha menahan egoku. Tak apalah. Kita
kan masih sebatas teman biasa. Sah-sah saja dirimu membuat keputusan tanpa
meminta pertimbangan dariku. Sehingga aku menuruti keinginanmu untuk pergi ke
RS. Dari sikapmu aku sebenarnya senang dan kagum karena dalam keterbatasan
waktumu masih sempat memikirkan untuk bertemu sahabatmu meskipun sangat singkat
waktunya. Dan juga rasa prihatin dan empatimu ingin melihat kondisi adeknya,
memberikan sedikit Rp untuk membantu mereka, serta mau mendoakan kesembuhannya.
For me itu sangat luar biasa.
Bersambung......