Tanpa menunggu berlama-lama, kita segera
melanjutkan perjalanan sesuai rencana yang sudah kita sepakati. Satu buah taksi
mengantarkan kita sampai di depan pintu masuk TMII (Taman Mini Indonesia
Indah). Ya, ditempat inilah kita bicara agak serius menindaklanjuti
perbincangan kita selama ini melalui email, telpon, dan sms.
Saat kita berjalan memasuki pintu masuk TMII, ingin
rasanya seperti pasangan-pasangan yang romantis. Berjalan sambil bergandengan
tangan, wuhuiii gimana rasanya itu yah. Tapi tidaklah, aku berusaha untuk
membatasi diri, karena bukan mukhrim. Kita hanya teman biasa. Dan juga etika
berteman yang sama-sama kita pahami tidak diperkenankan untuk kontak fisik
meskipun hanya sebatas bergandengan tangan.
Tidak banyak yang kita lakukan di sana karena
waktumu sangat terbatas. Kita hanya melihat-lihat bangunan megah keong mas yang
merupakan icon khas dari TMII. Beberapa saat kita mengamat-amati dan
mengelilingi bangunan itu serta menyempatkan diri sebentar untuk mengabadikan
pertemuan kita di sana.
Ketika jam makan siang sudah tiba, kita coba mencari
tempat makan dilokasi TMII. Kita beranjak menuju restoran KFC yang ada di sana.
Karena itu tempat makan yang terdekat, sekaligus juga mencari tempat yang nyaman
supaya kita bisa berbincang-bincang.
Kulihat wajahmu sepertinya kurang suka makan di
sana. Apakah karena menunya kurang cocok atau alasan lain aku tidak tahu. Tetapi
itulah tempat makan yang terdekat di sana. Disamping juga ada tempat duduk yang
nyaman bagi kita untuk saling bercerita. Tidak terlalu rame pengunjungnya.
Setelah kita duduk dengan nyaman, beberapa saat aku
coba menunggumu untuk mengorder makanan untuk kita. Namun tidak ada
tanda-tanda. Padahal aku sudah merasakan lapar dan juga sangat haus. Cuaca
panas di siang hari sangat begitu menyengat.
Akhirnya aku lah yang berinisiatif. Dengan
terpaksa, walaupun agak sedikit kesal. Segera aku pesan makanan kita ke meja
customer. Setelah membayar lalu membawa makanan minuman ke meja kita. Kekesalan
hati itu aku coba singkirkan sejauh mungkin. Tetap berpikir positif saja.
Dalam hatiku seharusnya laki-laki lah yang berinisiatif
untuk memesan makanan dan membayar dengan uangnya. Ini malah aku pula yang
melayani dia. Uang ku pun tidak seberapa. Tapi ya sudahlah. Dia adalah tamu ku.
Setidaknya aku coba berusaha memberikan yang terbaiklah.
Setelah berdoa bersama, kita menyantap makanan
minuman sambil berbincang-bincang ringan. Topik selanjutnya yang kita
diskusikan adalah tentang pesan-pesan email yang telah kita kirim selama ini. Mempertegas
maksud dari setiap pesan yang kita sampaikan melalui email.
Kita saling bercerita tentang perjalanan doa kita.
Setelah sekian lama kita berkomitmen untuk serius berdoa menguji hati dan
menguji perasaan. Selain itu juga mempertegas tentang kriteria pasangan yang
kita harapkan. Mempertegas tentang rencana-rencana masa depan yang kita
planningkan masing-masing. Kondisi keluarga besar kita juga menjadi topik yang
kita bicarakan saat itu.
Kita lebih banyak saling menceritakan tentang
kehidupan kita masing-masing. Tentang pekerjaan, kesibukan, dan juga pelayanan masing-masing
yang kita kerjakan. Salah satu impian kita adalah mencari calon teman hidup.
Itulah memang yang sedang kita gumulkan bersama-sama.
Hingga perbicangan kita selesai karena keterbatasan
waktu, tidak ada keputusan spesial yang kita buat. Kita tetap masih sebatas teman.
Kita memutuskan untuk terus menguji hati dan perasaan sampai batas waktu yang
tidak ditentukan.
Walaupun saat itu aku sebenarnya sudah sangat ingin
mendengar dan menyaksikan dikau melamarku jadi pacarmu. Seperti di
sinetron-sonetron, si pria akan melamar si wanita dengan sebuah cincin... Iiiihhh..itu
pasti so sweet. Aku tunggu-tunggu moment itu. Sampai habis waktu kita tapi ternyata
tidak ada juga terucap darimu.
Walaupun hanya keinginan dalam hatiku, aku jadi
malu dengan diriku sendiri. Terlalu cepat berharap. Tapi tidak apa-apalah. Aku
sangat menghargai keputusanmu. Tidaklah secepat itu untuk membuat keputusan.
Kita masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk menggumulkan dan menguji
perasaan. Apalagi kita pun tidak terlalu dalam mengenal satu dengan yang lain.
It’s okay. Kesimpulan hasil diskusi kita adalah
kita masih butuh waktu untuk menguji hati dan perasaan kita. Masih sebatas
teman.
Oleh karena waktu mu sangat terbatas harus segera
berangkat ke bandara, maka kita mengakhiri perbincangan kita. Kita menutup
dalam doa. Mendoakan perjalananmu dan mendoakan kita masing-masing untuk lebih
serius menggumulkan dan menguji hati kita.
Bersambung ........