Komunikasi kita di fb semakin sering. Sepertinya ada sesuatu yang
kurang jika satu hari itu tidak buka fb dan melihat pesan darimu. Aku yang
sangat jarang online fb jadinya hampir setiap hari aku usahakan online
penasaran dengan balasan pesan darimu. Hingga akhirnya kita lebih sering
komunikasi melalui hape tolelot pada masa itu yang hanya bisa kirim pesan dan
telepon.
Komunikasi sebagai teman biasa cukup lama kita jalani. Ntah
bagaimana ceritanya waktu itu, kita akhirnya memutuskan untuk saling menguji
hati. Mencoba menanyakan diri masing-masing apakah kita berdua saling tertarik
untuk melanjutkan hubungan pertemanan ke hal yang lebih khusus sebagai teman
special.
Aku berusaha menepis perasaanku menganggapmu sebagai seorang teman.
Namun tak dapat kubohongi hatiku kalau aku butuh seorang teman. Seorang teman
yang selalu menanyakan kondisiku yang akan menjadi pasanganku seumur hidup. Sendirian
terus menjalani hidup tak enak rasanya. Disamping juga tuntutan orangtua yang
selalu mengingatkan supaya jangan terlena dengan kuliah dan bekerja harus juga
dipikirkan umur untuk berkeluarga.
Banyak hal yang menjadi alasan bagiku untuk tidak mau menjalin
hubungan spesial denganmu walaupun kita sudah cukup akrab dan sering
komunikasi. Pertama, karena kita berada di kota yang berbeda dan jaraknya cukup
jauh. Biaya perjalanan yang tidak murah. Kedua, sejak lama memang aku ingin merantau
melanjutkan hidup di ibukota dan tidak ingin kembali ke Sumatera. Ketiga, aku
tidak terlalu mengenal dirimu, latarbelakang, keluarga, dll. Keempat, aku ingin
calon teman hidupku tinggal bersama-sama dikota yang sama denganku.
Alasan-alasan itu benar-benar menjadi bahan pertimbangan bagiku. Aku
membutuhkan waktu yang lama untuk memutuskan apakah akan mau menjadikanmu
sebagai teman spesial atau tidak.
Sembari menguji hati dan menggumulkan dalam doa, kita tetap
berkomunikasi seperti biasa. Tidak hanya melalui hp dan fb, email juga kita
gunakan untuk saling berkirim surat dan foto. Hingga suatu hari dikau mengatakan
akan datang ke ibukota Jakarta untuk mengunjungi diriku hanya satu hari satu
malam saja karena kondisi pekerjaan yang membatasi waktumu.
Wow...serasa tak percaya diriku. Sabtu sore berangkat dari Medan. Hari Minggu besoknya kembali ke Medan. Hanya hitungan beberapa jam saja untuk menjumpai diriku di ibukota? Wow...apa gak terlalu membuang duit itu? Begitu yang terlintas dalam pikiranku saat itu. Karena pada masa itu harga tiket pesawat tergolong mahal lah bagi orang sepertiku anak kuliahan yang bergaji pas-pasan.
Wahhh...gundah gulana bercampuraduk perasaanku kala itu..”Seriusnya
si kawan ini mau datang ke ibukota hanya untuk menemuiku??? Gue bukan
siapa-siapanya gitu loh. Hanya teman..!”, Aku heran antara percaya dan tidak
percayalah.
Bersambung.....