Gambar illustrasi pembuatan kembang loyang |
Satu kebiasaan yang selalu kami lakukan menjelang tahun baru adalah membuat kembang loyang. Kembang loyang ini adalah makanan khas yang harus ada setiap akhir tahun. Jika tidak ada kembang loyang rasanya seperti ada yang kurang..hehee. Di kampung kami, hampir semua keluarga membuat kembang loyang masing-masing.
Beberapa
hari sebelumnya inong telah mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti
tepung beras, telor, gula pasir, vanilli dan minyak goreng. Selain itu aku juga
membantu inong menyiapkan peralatan-peralatan yang akan digunakan seperti
tuangan (alat pencetak kembang loyang), lidi dari bambu kecil untuk mengangkat
kembang loyang dari kuali, kaleng tempat kembang loyang, panci yang agak besar,
koran bekas, kuali dan kompor minyak.
Tepung
beras ini adalah tepung yang kami olah sendiri dengan cara menumbuk beras yang
sudah direndam selama beberapa jam. Aku dan saudara-saudaraku bergantian
menumbuk berasnya dan mengayaknya sampai semua beras habis ditumbuk dan jadilah
tepung. Lalu inong mencampur semua bahan-bahannya hingga menjadi adonan yang
agak kental.
Pengerjaan
pembuatan kembang loyang ini membutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Biasanya
kami mulai mengerjakannya pada sore hari dan selesai hingga dini hari menjelang
ayam berkokok. Kami bergantian mencelupkan alat pencetak kembang loyang ke
dalam adonan lalu memasukkan ke dalam kuali penggorengan yang sudah diisi
dengan minyak goreng secukupnya.
Alat
pencetaknya ada tiga yang kami gunakan dengan bentuk yang berbeda-beda seperti
bentuk bunga bulat, bentuk bunga segitiga, dan bentuk bunga jajar genjang. Ketiga
tuangan ini secara bergiliran dicelupkan ke dalam adonan.
Minimal
harus ada dua orang yang stanby di dekat kompor untuk membuat kembang loyang
ini. Satu orang mencelupkan tuangan ke adonan lalu ke dalam kuali dan satu
orang lagi mengangkat kembang loyang yang sudah matang dengan menggunakan dua
batang lidi bambu. Adonan yang ada di dalam panci harus selalu sering diaduk
supaya adonannya tetap rata dan tidak mengental dibagian bawah oanci.
Kembang
loyang yang sudah matang terlebih dahulu dikeringkan minyaknya dengan cara
menggoyang-goyang menggunakan lidi bambu tersebut, lalu dikumpulkan ke dalam
panci yang sudah di alasi dengan kertas koran. Begitu kembang loyang sudah
banyak terkumpul di dalam panci, kemudian disusun dengan rapi di dalam kaleng
yang sudah disiapkan.
Inonglah
yang bertugas menyusun kembang loyang ini ke dalam kaleng supaya tersusun
dengan rapi. Aku dan saudara-saudaraku bertugas untuk mencetak kembang loyang
sebanyak-banyaknya sampai semua adonan habis hingga menyisakan beberapa sendok
saja karena sudah sulit dicetak dengan tuangan.
Sisa
adonan yang sedikit ini akan dibuat menjadi “kue tukkup”. Cara membuatnya adalah
dengan menuangkan sedikit demi sedikit adonan ke dalam kuali bekas penggorengan
kembang loyang lalu ditutup dan dibiarkan hingga matang. Jadilah kue tukkup
yang rasanya enak.
Selama
proses pembuatan kembang loyang tersebut tentu kami tidak mau hanya melihat
saja kembang loyang yang sudah jadi. Tak sabar kami untuk menikmatinya karena
kembang loyang ini dapat dimakan hanya sekali setahun..hahahaa.
Supaya
kami tidak mengantuk dalam menyelesaikan kembang loyangnya, maka kami menikmati
kembang loyangnya bersama dengan kopi dan teh manis.
Begitulah
sepenggal kisah yang ku ingat puluhan tahun yang lalu menjelang akhir tahun
seperti ini. Sudah lama kebiasaan itu tak ada lagi karena kami semua sudah
merantau tinggal inong dan amonglah di kampung. Tidak ada lagi anak-anaknya
yang membantu untuk membuat kembang loyang itu.
Meskipun
seperti itu, kenangan indah tetaplah dikenang.
Kembang
loyang..oh..kembang loyang.....
Salam_semangat
Silangkitang_Tarutung
Minggu,
19 Desember 2021