Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah untuk berkarya. Memotivasi diri sendiri dan orang lain. Menjadi inspirasi bagi orang lain. Menjadikan oranglain jadi inspirasi.

Sabtu, 28 Agustus 2021

RANCANGAN ALLAH DIRUSAK

Ketika Anda membaca judul ini “Rancangan Allah Dirusak’, apa yang terlintas di dalam pikiran Anda? Beberapa mungkin akan bertanya, rancangan yang mana? Kenapa dirusak? Siapa yang merusak? Lalu bagaimana memperbaikinya kembali?


Kali ini saya akan memberikan sedikit ulasan tentang topik ini dari hasil diskusi KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) yang kami lakukan secara online melalui google meet pada hari Jumat, 27 Agustus 2021. Diskusi KTB ini dihadiri oleh 4 pasangan suami isteri yaitu Kel. John Carson Sinaga/ Rosinta Hutagalung, Kel. Enricho Purba/ Fenny Sitorus, Kel. Hans Simanungkalit/ Senova Purba, dan Kel. Simon Petrus Malau/ Marina Nababan. Diskusi ini dilakukan saat masih merajalelanya pandemi covid-19, namun tidak membatasi kuasa Allah bagi anak-anakNya untuk belajar Firman Tuhan.


Hasil diskusi ini diramu sedemikian rupa dan ditambahkan dengan hasil refleksi pribadi.

Sebuah pertanyaan mengawali diskusi kelompok, yaitu tentang kisah masa lalu atau masa kecil ketika kita pernah melanggar perintah orangtua atau merusak barang keluarga yang sangat berharga, apa yang dilakukan apa yang dirasakan? Masing-masing menceritakan tentang pengalamannya. Setiap orang pernah melakukan pelanggaran itu. Ketika melakukannya secara sadar maupun tidak sadar, pastilah ada rasa takut dan kuatir jangan-jangan orang tua akan memarahi. Rasa takut itu juga dapat membuat kita akan bersembunyi atau menyembunyikannya tanpa memberitahukan kepada orangtua. Atau bahkan, ketika ditanyakan tentang kebenarannya bisa saja kita akan berbohong dengan mengatakan bahwa kita tidak melakukannya, atau bahkan memikirkan satu tindakan dengan ‘mencari kambing hitam’ supaya jangan kita yang disalahkan.

Pada bab dua dari buku bahan PA “Rancangan Allah bagi Pernikahan” secara khusus mengulas tentang awal kejatuhan manusia ke dalam dosa pada Kejadian pasal 3. Sebelumnya dalam Kejadian pasal 1 dan 2 dijelaskan bahwa perempuan diberikan Tuhan kepada laki-laki itu menjadi teman yang sepadan, sama-sama terbuka dan saling menerima dalam hubungan mereka sebagai sahabat. Namun di pasal 3 diuraikan bagaimana rasa bersalah, rasa takut, kesombongan, dan tuduhan menjadi penghalang antara Allah dengan manusia, dan juga hal-hal tersebut telah menimbulkan banyak masalah dalam pernikahan.

 Di awal kisah pasal 3 dikatakan bahwa ular si binatang cerdik (ay 3) menggoda Hawa untuk memakan buah larangan Tuhan yaitu pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Sebelum akhirnya Hawa mengambil buah pohon itu dan memakannya, terjadi dialog singkat diantara mereka. Dengan kelemahlembutannya si ular mengatakan bahwa mereka tidak akan mati jika memakan buah itu (ay 4). Ntah apa yang terjadi dengan si Hawa akhirnya tergoda dengan rayuan bujukan si ular, dia mengambil buah itu dan memakannya serta memberikan pula kepada si Adam (ay 6). Keduanya memilih tidak taat pada perintah Tuhan. Satu pertanyaan, mengapa mereka mengambil pilihan itu dengan melanggar perintah Tuhan? Bukankah ada buah-buah pohon yang lain yang bisa mereka nikmati?

Manusia diciptakan Tuhan dan diberikan kehendak bebas. Oleh pengaruh bisikan si iblis melalui ular, kehendak bebas itu disalahgunakan manusia dan akhirnya mereka melanggar perintah Tuhan. Setelah mereka memakan buah itu apa yang terjadi? Mata mereka terbuka (ay 7) dan menyadari bahwa mereka telanjang dan mereka menyembunyikan diri dibalik pohon-pohon. Dan ketika terdengar suara Tuhan memanggil mereka, mereka sangat takut, malu dan bersembunyi (ay 8).  

Ketika Allah mencaritahu keberadaan mereka dan bertanya apakah kamu memakan buah itu? Pertanyaan ini tidak sedang menunjukkan bahwa Allah tidak tahu apa yang telah diperbuat oleh manusia. Allah adalah Maha Tahu. Kemungkinan Allah sedang konfirmasi kepada manusia apakah benar mereka telah melakukan itu. Tuhan meminta pertanggungjawaban mereka. Tuhan menginginkan agar manusia itu menyadari bahwa mereka telah berbuat salah melanggar perintah Tuhan. Tetapi ternyata manusia itu tidak mengakui kesalahannya dan malah menyalahkan yang lain (ay 12). Dengan sombongnya si Adam menyalahkan si Hawa dan si Hawa menyalahkan si ular. Mengapa demikian? Saya berpendapat bahwa ketika manusia itu memutuskan untuk memakan buah itu mereka sudah terpedaya oleh iblis melalui si ular. Sejak saat itu iblis lebih mudah mempengaruhi mereka. Maka ketika Tuhan bertanya, tidak ada pengakuan yang mereka sampaikan bahwa mereka telah melanggar perintah Tuhan. Dan Seolah-olah si Adam menyalahkan Tuhan yang telah memberikan si Hawa kepadanya.

Manusia itu takut dan bersembunyi dan selanjutnya menyalahkan pihak lain. Tidak ada kesadaran diri bahwa mereka telah melakukan yang salah. Kondisi ini menjadi sebuah fakta bahwa satu dosa/ kesalahan akan diikuti oleh dosa-dosa lainnya ketika tidak ada pengakuan, tidak ada kesadaran diri dan tidak ada pertobatan.

Setelah manusia melanggar perintah Tuhan, telah mengakibatkan banyak dampak negatif yang terjadi. Seperti rusaknya hubungan antara Adam dan Hawa. Yang tadinya mereka mesra (di pasal 2 ay 23), sekarang menjadi saling menyalahkan dan menuduh orang lain yang bersalah. Bahkan Adam menjadi berkuasa atas perempuan itu (ay 16) menunjukkan tidak lagi sepadan (psl 2: 18) tetapi seolah-olah Hawa dibawah kuasa Adam (ada perbedaan tingkatan mengenai hak kekuasaan). Perempuan itu juga akan berahi kepada suaminya. Rasa saling memiliki sudah tidak ada lagi. Rasa saling menerima apa adanya pasangannya sudah tidak ada lagi. Kemesraan itu sudah hilang. Pelanggaran itu juga menyebabkan hubungan manusia dengan Allah menjadi rusak. Manusia jadi takut, bersembunyi dan menghindar dari Tuhan. Pada akhirnya manusia itu di usir dari taman Eden (ay 24). Mereka jadi bersusah payah mengolah tanah (ay 19), Hawa akan kesakitan melahirkan (ay 16), ular dihukum (ay 14) dan tanah juga dihukum (ay 17). Jika sekiranya manusia itu mengakui kesalahan mereka, apakah manusia itu akan dihukum juga?

Sekalipun manusia sudah melanggar perintah Tuhan, Dia masih berbaik hati mencari manusia itu (ay 9). Tuhan juga memberikan pakaian kepada mereka dari kulit binatang (ay 21). Pakaian dari kulit binatang berarti ada pengorbanan ada darah yang dicurahkan demi manusia. Ada binatang yang dikorbankan untuk menutupi rasa malu manusia itu. Hal Ini menggambarkan bentuk pengorbanan Yesus Kristus yang tercurah darahNya di kayu salib demi menanggung dosa manusia. 

Manusia akhirnya dihukum dan diusir dari Taman Eden. Tindakan Tuhan ini menunjukkan bahwa Dia tidak main-main dengan dosa. Allah tidak mau berkompromi dengan pelanggaran yang mereka lakukan (ay 24). Dalam perintahNya jelas, jika kamu makan buah itu maka kamu akan mati. Artinya hubungan yang mesra dengan Allah menjadi terputus. Tetapi Allah masih mau mengasihi mereka dengan memberikan pakaian dari kulit binatang dan membiarkan mereka tetap hidup dan merasakah betapa sulitnya mencari makanan dengan berjerih lelah mengolah tanah. Allah menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang kasih dan adil.

Kondisi Adam dan Hawa ternyata terjadi juga hingga saat ini. Dimana, suami isteri saling menyalahkan, suami merasa lebih egois, saling mencari pembenaran diri, kurang mengasihi satu dengan yang lain, kurang menerima kekurangan dari pasangannya. Hal-hal tersebut telah merusak hubungan dalam pernikahan sehingga timbullah pertengkaran, perceraian dan bahkan orang tua tidak mengasihi anak dan begitu juga sebaliknya.

Refleksi  dan kesimpulan:

Sebagai keluarga Kristen mari kembali kepada rancangan Allah semula. Mari lihat kembali bagaimana pernikahan yang didesain Allah sedemikian rupa sebagaimana Dia membuat pernikahan itu sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Adanya hubungan yang mesra antara laki-laki (suami) dan perempuan (isteri) saling mengasihi saling menerima keberadaaan masing-masing. Suami isteri adalah pasangan sahabat yang sepadan. Tuhan rancangkan pernikahan itu agar mereka mengelola bumi dengan baik serta memelihara ciptaan Tuhan lainnya. Pernikahan itu adalah untuk tujuan baik Allah, membawa sukacita bagi pasangan itu, bagi keluarga kedua belah pihak dan bahkan menjadi berkat bagi masyarakat dan ciptaan Tuhan yang lain. Ingat, pernikahan haruslah untuk tujuan Tuhan bukan untuk tujuan manusia.

Dalam rancangan Allah semula, juga adanya hubungan yang sangat dekat antara manusia dengan Allah. Manusia tidak perlu merasa takut kepada Tuhan. Manusia tidak perlu bersembunyi dari Tuhan. Suami isteri dan anak-anak bebas untuk berkomunikasi dengan Tuhan, tidak ada yang menjadi penghalang. Keluarga Kristen harus menjadikan Allah sebagai yang utama dan terutama dalam keluarga. Perahu pernikahan sedang menuju kepada tujuannya Tuhan. Di perjalanan pastilah ada gelombang dan badai yang menyerang, namun dengan penyerahan penuh kepada Tuhan perahu itu akan terus berlabuh dalam koridorNya Tuhan dan menuju kepada tujuannya Tuhan.


MARI KEMBALIKAN PERNIKAHAN KEPADA DESAINNYA ALLAH..!!!!


SALAM SEMANGAT

Marina Letara Nababan

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengapa ku mencintaimu? (part-9)

  Senang, bahagia, sedih, lelah, lega semua rasa bercampur. Senang dan sangat bahagia yang kurasakan bisa berjumpa denganmu. Seseorang yang ...