Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah untuk berkarya. Memotivasi diri sendiri dan orang lain. Menjadi inspirasi bagi orang lain. Menjadikan oranglain jadi inspirasi.

Rabu, 09 Februari 2022

Mengapa ku mencintaimu? (part-9)

 


Senang, bahagia, sedih, lelah, lega semua rasa bercampur. Senang dan sangat bahagia yang kurasakan bisa berjumpa denganmu. Seseorang yang sudah lama dirindukan. Sedih saat berpisah denganmu. Aku kembali kepada keheningan, kesepian dan kesendirianku.

Lelah iya juga. Berusaha menenteramkan hati dan jiwa saat akan bertemu dan berpisah denganmu. Berusaha menenangkan jantungku yang berdetak kencang tak karuan saat berada disampingmu. Berusaha menguatkan tubuhku melewati macetnya ibukota, menahan cuaca panas terik, menikmati perjalanan dari satu titik ke titik yang lain.

Lega dan bersyukur mendengar dikau tiba dengan selamat. Lega akhirnya bisa berkomunikasi secara langsung denganmu. Puas hatiku menyaksikan secara nyata seseorang yang selama ini yang hanya berjumpa di udara dapat bertemu secara fisik.

Beberapa jam bersamamu sangatlah berarti bagiku. Kehadiranmu memberikan semangat hidup bagiku. Keberadaanmu telah menjawab sebagian harapan yang kudambakan selama ini. Kesempatan mengenalmu menguatkanku melewati segala kesepian dan kesendirianku. Apakah ini Cinta? Ntahlah.... 

Itulah misteri perjalanan hidup. Bagaimana kelanjutan kisah ini aku pun belum tahu. Dalam keheningan itu aku merenung. Bertanya kepadaNya dalam doaku. Apa yang sedang dirancangNya atas pertemuan kita. Dia tidak menjawabku pada saat itu. Namun kurasakan ketenangan dan damai meskipun dalam kesendirianku.

Aku berserah padaNya yang memberikanku hidup. Mensyukuri segala sesuatu yang diijinkanNya terjadi atas kita. Mensyukuri kesempatan yang diberikanNya kepada kita untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Menaruhkan segala harapan hanya kepadaNya.

“Selamat beristirahat yah. Selamat malam. Semoga mimpi indah...!”. Sms terakhirku padamu, hingga aku terlelap dalam tidurku. Berharap semoga aku juga mimpi indah tentangmu.

 

Bersambung....

Selasa, 08 Februari 2022

Mengapa ku mencintaimu? (part-8)

 

Masih tersimpan fotomu kala itu

Dalam kesendirianku didalam bus ada beberapa pertanyaan yang timbul dalam benakku. Aku penasaran bagaimana penilaianmu terhadapku selama beberapa jam pertemuan kita.

Memang tidak pernah kita berdua serius berbicara satu dengan yang lain walaupun kita sudah saling kenal sebelumnya. Sekedar say hello saja ketika kita sama-sama hadir dalam setiap kegiatan TFT di Medan pada masa itu. Keseringan kita saling bercerita ketika bersama dengan teman-teman tim yang lain.

Jadi pertemuan ini memang seperti pertemuan pertama bagiku berbincang serius denganmu. Mengenalmu lebih dalam. Mengenal kampung halamanmu. Mengetahui keluarga dan saudara-saudaramu. Memahami pekerjaanmu. Melihat dan mengamati cara bicaramu. Menyaksikan tawa dan lesung pipimu yang unik. Hahahaaa.

Namun keberanian dan pengorbananmu datang menjumpaiku ke ibukota hanya dalam hitungan jam membuatku salut dan sekaligus penasaran denganmu. Sebegitu seriusnya dirimu mencari calon teman hidup. Aku merasa tidak ada yang istimewa dengan diriku. Dan bahkan aku sebenarnya orangnya tidak pedean berkenalan dengan laki-laki. Karena aku merasa tidak punya apa-apa untuk diandalkan.

Padahal sebenarnya menurut ceritamu adanya beberapa cewek cantik yang kamu taksir selama ini. Posisinya tidak jauh masih sama-sama di kota yang sama denganmu. Dan menurut pengamatanku diantara satu tim kita sepertinya ada teman cewek yang naksir padamu. Yang jelas bukan aku. Sering aku menggodamu. Ketika kita telponan aku coba memotivasimu supaya berusaha mendekati cewek-cewek itu. Manatau dia adalah jodohmu ya kan. Daripada mikirkan yang jauh yang tidak pasti dan susah dijangkau ya kan. Hahahaa...

Ntahlah. Tak tau aku apa alasanmu mau menjumpaiku ke kota yang jauh. Padahal dirimu sudah tahu dengan jelas bahwa aku sedang kuliah dan masih banyak impianku. Kalau dipikir-pikir memang tak habis pikirlah aku pada saat itu.     

Lamunan dan hayalan silih berganti dalam pikiranku. Hingga tak terasa bus Damri yang aku tumpangi sudah tiba di terminal Pasar Minggu. Begitu turun dari bus hari sudah gelap rupanya. Begitulah memang kondisi ibukota. Kalau tidak macet bukan Jakarta namanya. Di jalan tol pun bisa macet berkepanjangan. Apalagi lah setelah keluar jalan tol. Tapi begitu pun aku sudah terbiasa dengan kemacetan Jakarta. Kesabaran dan emosi benar-benar diuji.

Aku pun segera mencari angkutan umum yang menuju Depok. Kota dimana aku mencari rejeki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan kuliah. Sudah lewat jam makan malam. Perut terasa lapar. Namun aku harus banyak bersabar di dalam angkutan hingga tiba di kos. Aku membelikan sebungkus nasi di warung dekat kos karena sudah tidak sempat lagi masak.

Masih sebentar aku tiba di kos. Ponselku berdering. Ternyata dirimu memberitahukan sudah tiba di Bandara Polonia Medan dengan selamat. Wah cepat juga yah. Hampir bersamaan waktu kita tiba di tujuan. Dikaupun melanjutkan perjalanan ke kosmu dengan sepeda motor mu yang parkir selama satu malam di bandara.

 

Bersambung....

 

 

 

 

Minggu, 06 Februari 2022

Mengapa ku mencintaimu? (part- 7)

 


Cepat sekali rasanya waktu itu berlalu. Tidak terasa dirimu akan kembali pulang ke kotamu. Kita segera beranjak menuju pintu keluar TMII. Walau hati ku sebenarnya masih ingin bersamamu. Tapi apa daya waktu tak bisa kita undur.

Dari depan TMII kita naik angkutan umum menuju terminal Kampung Rambutan. Dari sana kita berangkat dengan menggunakan bus Damri khusus tujuan bandara Soeta. Sepanjang jalan kita lanjutkan perbincangan tentang komitmen kita selanjutnya untuk terus menguji hati dan menggumulkan dalam doa-doa kita.

Akhirnya tiba jugalah di bandara. Tepat waktu. Ada sedikit kuatir tadi takut terlambat karena kemacetan ibukota tidak bisa diprediksikan.

Tanpa menunggu berlama-lama lagi dirimu harus cek in sejam sebelum keberangkatan. Kita bersalaman. Aku melepas kepergianmu dengan satu senyuman. Memandangimu memasuki pintu masuk ruang cek in hingga tubuhmu pun tak terlihat lagi.

Aku segera membalikkan tubuhku menuju halte bus Damri. Beberapa saat aku duduk termenung di sana. Ada rasa sedih yang kurasakan setelah melepas kepergianmu. Ntah kenapa. Apakah aku sebenarnya berharap banyak akan kehadiranmu dalam hidupku? Sehingga berat rasanya berpisah denganmu? Meskipun kita masih status teman biasa, tapi rasanya sosokmu telah mengisi kesepianku hari demi hari selama beberapa bulan terakhir ini.

Bus yang aku tunggu pun akhirnya datang. Aku kirim sms mengabarimu bahwa aku sudah di dalam bus menuju pulang. Sementara dirimu masih di ruang tunggu menunggu keberangkatan pesawat.

Aku pun harus segera berangkat kembali ke kos. Jarak yang lumayan jauh dari bandara dan macetnya ibukota membuatku tidak bisa berlama-lama di bandara. Sepanjang jalan di dalam bus, aku hanya teringat akan semua kebersamaan kita. Air mataku jatuh juga membasahi pipiku karena sedih yang tak tertahan setelah berpisah denganmu.

Berharap akan ada lagi waktu untuk bertemu denganmu. Walaupun sebenarnya hati ini sudah tak sabar mengungkapkan untuk menjadikanmu sebagai teman spesial. Aku harus bersabar. Menunggu waktu yang tepat. Sesuai kesepakatan kita. Menguji hati menguji perasaan.

Ya. Lebih sungguh lagi menggumulkan dalam doa. Bertanya pada Tuhan. Apakah dirimu sosok yang sedang dipersiapkanNya menjadi calon teman hidupku? Aku tidak tahu. Biarlah waktu yang akan menjawab dan membuktikannya.

Aku pun tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. Tidak mau terlalu dini menyimpulkan tentang perasaanku padamu. Kita sudah sama-sama dewasa. Sudah cukup umur untuk membentuk rumah tangga. Tujuan kita bukan lagi untuk mencari pacar. Impian kita adalah mencari teman yang mau hidup bersama hingga maut memisahkan.

Sms mu membuyarkan lamunanku. Dirimu memberitahukan bahwa pesawatmu akan segera lepas landas. Aku berdoa kiranya Tuhan melindungi dan memberi keselamatan padamu. Sampai nanti kita akan bersua lagi.

 

Bersambung.....

Jumat, 04 Februari 2022

Mengapa ku mencintaimu? (part- 6)

 


Tanpa menunggu berlama-lama, kita segera melanjutkan perjalanan sesuai rencana yang sudah kita sepakati. Satu buah taksi mengantarkan kita sampai di depan pintu masuk TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Ya, ditempat inilah kita bicara agak serius menindaklanjuti perbincangan kita selama ini melalui email, telpon, dan sms.

Saat kita berjalan memasuki pintu masuk TMII, ingin rasanya seperti pasangan-pasangan yang romantis. Berjalan sambil bergandengan tangan, wuhuiii gimana rasanya itu yah. Tapi tidaklah, aku berusaha untuk membatasi diri, karena bukan mukhrim. Kita hanya teman biasa. Dan juga etika berteman yang sama-sama kita pahami tidak diperkenankan untuk kontak fisik meskipun hanya sebatas bergandengan tangan.

Tidak banyak yang kita lakukan di sana karena waktumu sangat terbatas. Kita hanya melihat-lihat bangunan megah keong mas yang merupakan icon khas dari TMII. Beberapa saat kita mengamat-amati dan mengelilingi bangunan itu serta menyempatkan diri sebentar untuk mengabadikan pertemuan kita di sana.

Ketika jam makan siang sudah tiba, kita coba mencari tempat makan dilokasi TMII. Kita beranjak menuju restoran KFC yang ada di sana. Karena itu tempat makan yang terdekat, sekaligus juga mencari tempat yang nyaman supaya kita bisa berbincang-bincang.  

Kulihat wajahmu sepertinya kurang suka makan di sana. Apakah karena menunya kurang cocok atau alasan lain aku tidak tahu. Tetapi itulah tempat makan yang terdekat di sana. Disamping juga ada tempat duduk yang nyaman bagi kita untuk saling bercerita. Tidak terlalu rame pengunjungnya.

Setelah kita duduk dengan nyaman, beberapa saat aku coba menunggumu untuk mengorder makanan untuk kita. Namun tidak ada tanda-tanda. Padahal aku sudah merasakan lapar dan juga sangat haus. Cuaca panas di siang hari sangat begitu menyengat.

Akhirnya aku lah yang berinisiatif. Dengan terpaksa, walaupun agak sedikit kesal. Segera aku pesan makanan kita ke meja customer. Setelah membayar lalu membawa makanan minuman ke meja kita. Kekesalan hati itu aku coba singkirkan sejauh mungkin. Tetap berpikir positif saja.

Dalam hatiku seharusnya laki-laki lah yang berinisiatif untuk memesan makanan dan membayar dengan uangnya. Ini malah aku pula yang melayani dia. Uang ku pun tidak seberapa. Tapi ya sudahlah. Dia adalah tamu ku. Setidaknya aku coba berusaha memberikan yang terbaiklah.

Setelah berdoa bersama, kita menyantap makanan minuman sambil berbincang-bincang ringan. Topik selanjutnya yang kita diskusikan adalah tentang pesan-pesan email yang telah kita kirim selama ini. Mempertegas maksud dari setiap pesan yang kita sampaikan melalui email.

Kita saling bercerita tentang perjalanan doa kita. Setelah sekian lama kita berkomitmen untuk serius berdoa menguji hati dan menguji perasaan. Selain itu juga mempertegas tentang kriteria pasangan yang kita harapkan. Mempertegas tentang rencana-rencana masa depan yang kita planningkan masing-masing. Kondisi keluarga besar kita juga menjadi topik yang kita bicarakan saat itu.

Kita lebih banyak saling menceritakan tentang kehidupan kita masing-masing. Tentang pekerjaan, kesibukan, dan juga pelayanan masing-masing yang kita kerjakan. Salah satu impian kita adalah mencari calon teman hidup. Itulah memang yang sedang kita gumulkan bersama-sama.

Hingga perbicangan kita selesai karena keterbatasan waktu, tidak ada keputusan spesial yang kita buat. Kita tetap masih sebatas teman. Kita memutuskan untuk terus menguji hati dan perasaan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Walaupun saat itu aku sebenarnya sudah sangat ingin mendengar dan menyaksikan dikau melamarku jadi pacarmu. Seperti di sinetron-sonetron, si pria akan melamar si wanita dengan sebuah cincin... Iiiihhh..itu pasti so sweet. Aku tunggu-tunggu moment itu. Sampai habis waktu kita tapi ternyata tidak ada juga terucap darimu.

Walaupun hanya keinginan dalam hatiku, aku jadi malu dengan diriku sendiri. Terlalu cepat berharap. Tapi tidak apa-apalah. Aku sangat menghargai keputusanmu. Tidaklah secepat itu untuk membuat keputusan. Kita masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk menggumulkan dan menguji perasaan. Apalagi kita pun tidak terlalu dalam mengenal satu dengan yang lain.

It’s okay. Kesimpulan hasil diskusi kita adalah kita masih butuh waktu untuk menguji hati dan perasaan kita. Masih sebatas teman.

Oleh karena waktu mu sangat terbatas harus segera berangkat ke bandara, maka kita mengakhiri perbincangan kita. Kita menutup dalam doa. Mendoakan perjalananmu dan mendoakan kita masing-masing untuk lebih serius menggumulkan dan menguji hati kita.

 

Bersambung ........

Mengapa ku mencintaimu? (part-9)

  Senang, bahagia, sedih, lelah, lega semua rasa bercampur. Senang dan sangat bahagia yang kurasakan bisa berjumpa denganmu. Seseorang yang ...